Kamis, 15 September 2011

MALAM KATAMAN

Sudah menjadi kebiasaan di akhir Ramadhan diadakan malam kataman. seperti tahun-tahun sebelumnya, acara dimulai dengan membaca beberapa surat di juz-juz akhir sampai selesai akhir surat di Al Ikhlas. Kemudian di lanjutkan sambutan-sambutan dari tamu undangan dan diteruskan dengan makan nasi kuning bersama-sama. tak lupa juga di akhir acara, anak-anak putra diajak I'tikaf di masjid Raya Al Falah Sragen.


Banyak juga alumni yang datang untuk bersilaturahmi atau sekedar kangen-kangenan dengan teman2 dan ustadz2 pondok. berikut beberapa foto acara tsb.



















suasana baca qur'an




















pemberian sertifikat tahfidz




















makan bersama




















suasana dapur ibu2 pondok




















anak-anak alumni




















pemberian setifikat putri



















pemberian sertifikat putra



















pemberian sertifikat putra



















tamu undangan dan sebagian uztadz
























pak amir lagi makan

SERUAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH


Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ba’da salam dan bahagia, teriring Karunia Rahmat Allah SWT, Alhamdulillah proses belajar dan mengajar di Pondok Persantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen tahun 2011 berjalan lancar dan tertib. Pondok Persantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen, menerima dan menyalurkan zakat mal / infaq fii sabilillah ummat islam untuk pembangunan sarana fisik. Dalam rangka peningkatan kualitas layanan proses pendidikan di Pondok Pesantren.

Guna melengkapi seruan diatas, kami sampaikan program pengembangan sarana fisik dengan rincian pendanaannya secara global / garis besar sebagai berikut :

1. Pembangunan kamar tidur Asrama Putri Rp. 100.000.000

2. Pembangunan kamar mandi dan tempat wudhu Rp. 75.000.000

3. Perluasan Rp. 75.000.000

Jumlah Rp. 250.000.000

(Dua ratus lima puluh juta rupiah)

Oleh karena itu kami mengetuk hati ummat Islam, kiranya dapat menyalurkan zakat mal, infaq dan shodaqoh fii sabilillah kepada Pondok Persantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen, selanjutnya akan kami kelola amanat tersebut sehingga menjadi amal jariyah anda.


Apabila anda berkenan pada kebaikan amal tersebut :

1. Dapat mengantar langsung ke Ponpes Darul Ihsan Muh. Sragen

dengan alamat : Pringan Rt.01 Rw.I, Karangtengah, Sragen

2. Dapat menghubungi nomor : 085327968888 (Drs.H Sururi) /0271 891 779

3. Dapat dikirim lewat Rek Kepada

a. BRI Unit Salak Sragen no Rekening : 6890-01-016634-53-7

a/n Drs. H Sururi

b. BPD Jateng no Rekening : 2-010-11745-3

a/n Drs. H Sururi


Jaazakumullaaha khoiron katsiiron

Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Direktur Pondok


Drs. KH Sururi






Rabu, 22 Juni 2011

Saatnya Jatuh Cinta

Saatnya Jatuh Cinta

Senin, 30 Mei 2011

APAKAH Anda masih bernasib seperti Siti Nurbaya atau menikah tanpa diawali dengan cinta atau malah kehilangan cinta “di tengah jalan”, inilah saatnya Anda kembali jatuh cinta pada pasangan Anda!

Kata orang cinta itu bisa datang kapan saja dan menguap kapan saja. Namun demikian, dalam pernikahan tentu “kata orang” ini sudah tak dapat dijadikan rujukan lagi. Kita bukan lagi ABG yang sedang mengalami cinta sesaat dan cinta pun bukan “Jelangkung” yang datang tak dijemput pulang tak diantar.

Dijemput dan Dirawat

Dalam pernikahan jatuh cinta dan selalu dalam keadaan jatuh cinta adalah kondisi yang harus selalu diusahakan. Begitupun, cinta harus selalu dijemput dan diantarkan dengan segenap ketulusan bila kelak maut memisahkan. Dalam pernikahan, cinta bukanlah sesuatu yang jatuh bagaikan durian runtuh atau menunggu nasib baik yang sedang berpihak.

Karena, dalam berumahtangga, cinta adalah sesuatu yang harus diusahakan dan bila telah hadir, maka keharusan berikutnya adalah merawatnya. Layaknya orang yang tengah mengusahakan, maka yang harus bertindak pertama kali tentu haruslah berasal dari diri kita sendiri.

Cinta akan tumbuh manakala kita berusaha untuk menghadirkan cinta, melalui apa-apa yang kita usahakan. Menjadi pribadi yang layak untuk dicintai tentu adalah pilihan tak dapat ditawar lagi. Bagaimana mungkin kita menjadi pribadi yang layak dicintai, manakala kita tidak dapat menunjukkan betapa berharganya cinta yang kita miliki, sekaligus betapa ruginya bila cinta itu tak disambut oleh pasangan kita.

Bila kondisi seperti inilah yang berusaha kita hadirkan, tentu tak akan ada hati yang tak tergerak menyambut cinta yang kita berikan. Sungguh, cinta adalah keajaiban. Sesuatu yang tak akan dapat hadir dari sejumlah aturan, apalagi daftar panjang hak dan kewajiban. Ia hanya dapat hadir dari sejumlah ketulusan dan akhlaq terbaik yang kita hadirkan. Untuk menjemput satu kunci yang hanya dapat turun melalui berkahNya yaitu karuniaNya agar cinta dapat menjelma selamanya dalam hati kita.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah selama Beliau menikahi Khadijah ra dan mengarungi kehidupan bersamanya. Rasulullah tak pernah diam untuk mengusahakan agar cinta itu tetap tumbuh dan selalu dalam keadaan jatuh cinta.

Lihatlah betapa indahnya percakapan antara Rasulullah dan Khadijah berikut ini, “Duhai Dinda Khadijah, aku mencintaimu.” Maka Ibunda Khadijah pun menjawab, “Wahai Kakanda akupun mencintaimu bahkan sepuluh kali lipat lebih besar dari cintamu kepadaku.” Rasulullah kembali berkata, “Bagaimana jika cintaku kepadamu juga sepuluh kali lipat?” “Maka cintaku kepadamu akan menjadi seratus kali lipat.”

Subhanallah, indahnya jika pernikahan senantiasa disegarkan dengan kalimat-kalimat romantis seperti ini. Lebay (berlebihan)? Ya, cinta memang selalu lebay. Bila cinta tak lebay, maka mustahil bisa merekatkan dua orang dengan pribadi yang berbeda.

Karena itu, jangan pernah malu untuk mengekspresikan cinta Anda bahkan dengan cara yang paling lebay sekalipun. Seorang suami paling suka diperlakukan dengan cara yang istimewa, begitupun istri paling senang mendengar apa yang dinantikannya.

Tangga ke Surga

Lalu bagaimana jika hubungan kita dengan pasangan terlanjur kian terasa “adem ayem”? Maka pikirkanlah kembali apa yang Anda cari dalam pernikahan. Telaah kembali masak-masak apa yang membuat Anda dan dia bersedia menyatu dalam pernikahan. Bila alasannya adalah karena kecantikannya atau ketampanannya, karena status sosialnya, atau karena kemapanannya maka sudah saatnya Anda mengganti alasan-alasan tersebut menjadi alasan-alasan orang dewasa untuk jatuh cinta.

Sebuah syair Arab menggambarkannya dengan lebih gamblang, “Palingkanlah hatimu pada apa saja yang engkau cintai. Tidaklah kecintaanmu itu kecuali pada cinta pertamamu yaitu Allah Azzawajalla. Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang. Dan selamanya kerinduannya hanyalah pada tempat tinggalnya yang semula.”

Artinya, begitu banyak alasan seseorang untuk jatuh cinta. Semuanya berujung pada kerinduan seseorang pada sebuah romantisme yang menjadi udara dalam kebersamaan. Nah, bila ini yang kita inginkan, maka kembalilah pada Yang Paling berkuasa atas segala cinta yang ada di dalam dada. Jadikanlah cinta yang masih tersisa dalam hati kita sebagai modal untuk meraih cintaNya dengan cara-cara yang juga dicintaiNya. Salah satunya adalah dengan kembali membangun cinta pada pasangan kita. Sungguh, semuanya adalah untuk Allah, sebagaimana kita pun hidup di dunia ini untuk-Nya.

Sementara itu, surga yang kita impikan pun hanya dapat diraih dengan membangun tangga yang kuat untuk meraihnya. Jalinan yang mengikat anak-anak tangga itu menjadi kuat itulah yang bernama cinta. Karena itu, jangan biarkan anak-anak tangga yang kita persiapkan itu berserak sia-sia hanya karena kita tak mengikatnya dengan cinta yang kokoh. Inilah yang disebut dengan alasan orang dewasa bahkan orang beriman untuk jatuh cinta. Jatuh cinta selalu untuk saling mengantarkan ke surga.

Sebagaimana yang digambarkan dalam ayat 71 surat At-Taubah:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

Kemudian, agar cinta senantiasa merekah dan jatuh cinta menjadi keseharian, nasihat dari istri Auf bin Muhallim Asy-Syibani pada anaknya nampaknya layak untuk sama-sama kita pegang teguh;

“Jadilah engkau orang yang paling mengagungkan dirinya, maka dia akan jadi orang yang memuliakanmu. Jadilah engkau orang yang paling mendukungnya, niscaya ia akan menjadi orang yang setia berada di sisimu. Dan ketahuilah anakku, engkau tidak akan pernah sampai pada apa yang engkau cintai darinya sampai engkau mendahulukan keridaannya atas keridaan dirimu, dan keinginannya atas keinginanmu terhadap segala hal yang engaku senangi dan engkau benci. Semoga Allah memberi kebaikan atasmu dan melindungimu.”

Meski nasihat di atas diperuntukkan istri Auf bin Muhallim Asy-Syibani pada puterinya, alangkah indahnya bila kehendak untuk mengutamakan pasangan atas keinginan diri sendiri menjadi hal yang sama-sama kita perjuangkan. Agar kebagiaan dan cinta ada di hati kita dan juga di hatinya.

*Amiruddin Ahmad,


Selasa, 26 April 2011

PENERIMAAN SANTRI/SISWA BARU 2011




Kami beritahukan bahwa Pondok Pesantren SMP dan SMA Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen.Yang beralamat di Desa Pringan Rt.01/Rw.1, Karangtengah, Sragen.KP : 57263 Telp. 0271 891779.
Bagi Bapak/Ibu yang mau mendaftarkan putra putrinya untuki mencari ILMU AGAMA dan ILMU UMUM. bahwa penerimaan Santri SMP dan SMA Darul Ihsan Muhammadiyah terbatas dalam penerimaan Siswa Baru. maka dari itu untuk segera mendaftarkan Putra/Putrinya.
Sekian.....


MENERIMA SISWA/SANTRI BARU 2011/2012

GELOMBANG I : 28 FEBRUARI s/d 14 MEI 2011
TES GEL I : 14 - 15 MEI 2011

GELOMBANG II : 16 MEI s/d 19 JUNI 2011
TES GEL I : 19 - 20 JUNI 2011

GELOMBANG I DITUTUP JIKA SUDAH MEMENUHI QUOTA.

Syarat - syarat :
1. Biaya Pendaftaran Rp. 100.000
2. Foto Copy Akte Kelahiran 1 Lembar
3. Foto Copy Raport Kls V & VI (SMP) 1 Lembar
Foto Copy Raport Kls III (SMA) 1 Lembar
4. Foto Ukuran 3 x 4 = 5 Lembar
5. Mengisi dan Menyerahkan Formulir Pendaftaran (Dari Panitia)

Materi Test
1. Tertulis
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris
- Matematika
- IPA
- Al-Islam
2. Wawancara

Rabu, 02 Februari 2011

Hidup Ini Singkat

Allah berfirman, “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari. Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (Al-Mu’minuun [23] : 112-114)
Ayat di atas merupakan dialog antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan orang-orang yang telah meninggalkan kehidupan dunia ini. Di situ digambarkan betapa singkatnya hidup di dunia, tidak lebih dari sehari atau setengah hari. Bahkan lebih singkat dari itu. Tidak peduli kita siap atau tidak, kehidupan ini akan berakhir dengan kematian. Ketika saatnya tiba, tidak seorang pun yang bisa menunda walaupun sesaat.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila datang waktu kematiannya…” (Al-Munaafiqun [63]: 11)
Kita pasti mati. Tetapi itu bukan akhir dari segalanya. Bahkan inilah awal dari kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang abadi. Di sana manusia tinggal menerima risiko dari apa yang dilakukannya selama hidup di dunia. Pada akhirnya hanya ada dua pilihan ekstrim, ditempatkan di surga dan merasakan hidup penuh kebahagiaan tanpa batas. Atau sebaliknya, ditempatkan di neraka dan menderita selamanya tanpa batas. Inilah risiko terberat bagi perjalanan hidup manusia. Tidak ada yang lebih berat dari itu.
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya.” (Riwayat Ahmad).
Selama di dunia kita mungkin mengalami berbagai kegagalan, tetapi itu hanya sementara. Kalau kita gagal meraih keuntungan hari ini, besok kita masih bisa meraihnya. Kalau kita tidak lulus ujian sekolah, kita bisa memperbaikinya dengan mengikuti ujian perbaikan. Kalau kita tidak naik pangkat tahun ini, tahun depan atau tahun depannya lagi kita bisa mendapatkannya, asalkan ajal belum datang menjemput kita. Tetapi begitu datang kematian, tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki catatan amal kita. Tidak mungkin kita kembali ke dunia walaupun kita sangat menginginkannya.
Sebagian manusia terlena oleh kehidupan dunia ini. Mereka menganggap bahwa hidup itu hanya di dunia ini saja dan kemudian mengisinya dengan sekadar bersenang-senang, makan minum, pesta-pesta, hiburan, musik, film, dan fashion. Menikmati hidup, kata mereka. Mereka tidak menyadari ada kehidupan sesudah mati. Mereka itulah yang akan merasakan penyesalan yang luar biasa ketika tiba saat kematian. “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan amal saleh untuk hidupku ini.” (Al-Fajr [89]: 24).
Begitulah ucapan orang-orang yang tidak menyangka bahwa mereka akan memasuki kehidupan yang abadi, kehidupan yang sebenarnya. Segala kesenangan yang mereka nikmati di dunia tidak ada artinya dibandingkan penderitaan yang akan mereka tanggung. Mereka akan mendapati kehidupan dari waktu ke waktu dengan segala penderitaan yang tidak akan pernah berakhir.
Butuh Bekal
Hidup ini singkat. Kalau kita mendapatkan kesenangan di dunia, itu adalah kesenangan yang sangat singkat. Kalau kita menderita, itupun sebenarnya penderitaan yang teramat singkat. Sekali lagi, hanya sehari atau setengah hari saja, atau lebih singkat lagi. Sama sekali tidak sebanding dengan yang akan kita alami sesudah kematian.
Hidup adalah sebuah perjalanan. Sebagaimana layaknya orang yang menempuh sebuah perjalanan, kita membutuhkan bekal. Jika perjalanan kita seminggu, maka paling sedikit kita menyiapkan bekal untuk keperluan selama minggu. Tas yang kita bawa berisi pakaian ganti yang harus cukup untuk seminggu. Uang saku di dompet kita juga harus cukup untuk kebutuhan seminggu. Jika kita bepergian selama sebulan tentu bekal dan persiapan kita harus lebih besar lagi.
Perjalanan hidup sesudah mati adalah perjalanan abadi, dan tanpa batas waktu. Bagi orang yang menyadari betapa panjangnya perjalanan itu, tentu akan jauh lebih serius mempersiapkannya. Seluruh waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, kita manfaatkan sepenuhnya untuk mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang abadi itu. Ia akan pertaruhkan seluruh hidupnya dan apa pun yang dia miliki untuk mendapatkan kehidupan yang baik sesudah kematiannya.
Dalam kehidupan dunia ini mungkin kita pernah kehabisan bekal. Jika demikian, tentu kita akan mengalami berbagai kesulitan dan kesusahan selama perjalanan. Meskipun begitu, kita masih bisa mencari bekal itu sepanjang perjalanan. Tetapi dalam perjalanan hidup sesudah mati, di sana kita tidak mungkin lagi mengumpulkan bekal. Semua harus dicari di dunia ini. Semuanya harus siap sebelum datang kematian.
Apa yang harus dibawa dalam perjalanan itu? Tentu tidak semua yang kita miliki kita bawa. Kita harus pandai-pandai memilih yang bermanfaat. Segala sesuatu yang tidak berguna hanya akan memperberat perjalanan. Di antara yang kita bawa dalam perjalanan hidup, baik di dunia maupun di akhirat, ada yang tidak boleh tertinggal yaitu keimanan, ketakwaan, dan amal saleh kita. Itulah bekal terbaik kita. Allah berfirman:
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa…” (Al-Baqarah [2]: 197)
Ada yang pasti kita tinggalkan ketika kita melanjutkan perjalanan menuju akhirat. Nabi bersabda: “Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya,” (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Hadits ini tentu saja tidak mengajarkan kita untuk membenci harta, sebab itu adalah bagian dari bekal untuk hidup di dunia. Juga tidak mengajak kita untuk mengabaikan keluarga dan sesama, sebab tidak mungkin kita hidup di dunia ini tanpa mereka. Secara fisik harta itu memang kita tinggalkan, tetapi nilai amal saleh dari harta itu akan abadi bersama kita. Hal itu hanya bisa terjadi apabila harta itu kita belanjakan di jalan yang diridhai Allah. Demikian juga dengan keluarga dan saudara-saudara kita, jasad mereka memang tidak menyertai kita lagi, tetapi kebaikan yang kita tanamkan dalam interaksi kita di dunia tetap akan menyertai kita. Saudara-saudara seiman itu akan senantiasa mengirimkan doanya untuk kita. Anak-anak yang saleh juga akan senantiasa memberi kebaikan kepada kita. Ilmu yang kita ajarkan kepada sesama juga akan menjadi investasi yang memberi kuntungan yang tidak pernah putus. Semuanya akan menjadi amal saleh.
Hidup ini adalah perjalanan yang singkat. Setiap detik mengantarkan kita semakin dekat dengan batas akhir. Semoga waktu yang teramat singkat ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. *Ponpes Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen*